Menurut keluarganya Andi seolah turun kelas dengan merintis usaha ini.
Dari gedung perkantoran elit Jakarta, tiba-tiba dia harus “bergerilya”
turun ke sawah atau ke pasar tradisional. Namun, akhirnya dia bisa
meyakinkan keluarganya.
Niat dan kerja keras Andi akhirnya berbuah manis kemudian. Bermodal awal Rp 10juta dan hanya memiliki 5
nasabah, sekarang nasabahnya berlipat hingga seribu kali.
Dengan
plafon pinjaman pertama Rp 1 juta, terbayang berapa omzet Amartha
sekarang. Andi sendiri tak mau membuka berapa omzet total Amartha. Tapi
dengan menghitung plafon pinjaman dan jumlah nasabah, jumlahnya pasti
sudah mencapai miliaran rupiah.
Saat ini Amartha sudah memiliki lima cabang. Selain di Ciseeng, Amartha memiliki cabang di Tenjo,
Jasinga, Bojong Gede dan Kemang. Saat ini Amartha sudah memilii 40
karyawan. Sebuah pencapaian yang luar biasa dilihat dari usia perusahaan
yang belum terlalu lama.
Salah satu kunci penting Andi dan
Amartha dalam mencapai sukses seperti sekarang ini adalah pemberdayaan komunitas. Sejak awal Amartha menetapkan target nasabah mereka adalah ibu-ibu dan itu masih berlaku sampai sekarang. Selain menetapkan
targetnya ibu-ibu, Amartha menetapkan sistem komunitas dalam
mengembangkan bisnisnya.
Para nasabah di Amartha tidak diminta untuk mengagunkan barangnya, tapi harus ikut dalam kelompok nasabah.
Setiap kelompok terdiri dari 12 ibu-ibu dan dari 12 anggota tersebut
dipilih seorang koordinator.
Koordinator tersebut bertugas mengontrol perputaran uang di kelompoknya. Jika ada salah satu anggota
kelompok yang saat itu kekurangan biaya untuk membayar pinjaman, anggota
lain akan patungan membantu orang tersebut dengan konsekuensi yang
mereka tentukan sendiri. Sumber *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar